1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali. 2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. 3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan. 4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya. 5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Allah untuk diberikan teman hidup. 6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat. 7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul. 8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan. 9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan. 10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda. 11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa. 12. Marilah kita mulai menyelaraskan antara pikiran benar, ucapan benar dan perbuatan benar untuk membentuk kebiasaan benar dalam membangun karakter yang benar pula sehingga pada akhirnya kita bisa menuai ‘hasil’ yang baik dan benar pula dalam semua aspek kehidupan kita.
| Minggu, 04 Januari 2009

ANDA PUAS SAYA LEMAS

@ dari throughtheillusion.com
@ dari throughtheillusion.com

(TIPS MENGELOLA ENERGI)

Oleh: Sylvia Damayanti Amril*

Memuaskan orang lain jelasimpossible jika kita tidak memulai dengan memuaskan diri sendiri.

Kepuasan personal akan terlihat dari ucapan dan tindakan kita yang tenang, pembawaan yang santai bahkan pada situasi yang menekan sekali pun.  Energi yang terkelola dengan baik merupakan salah satu indikator untuk membuat diri dan orang lain dalam kondisi win-win solution.

Kita ingin tampil “prima” dihadapan pasangan, ingin menjadi orang tua yang “baik” bagi anak-anak, performa “unggul” dihadapan atasan, namun disisi lain dengan segala keterbatasan, tidak jarang rasa frustrasi, kecemasan, rasa malu mendera diri baik karena level ketidakpastian yang ada dalam hidup maupun karena nilai-nilai yang telah terbentuk karena pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan.

Terlalu banyak hal yang membuat kita cemas dan menguras energi sehingga membuat lemas.

Ada suatu  kasus riil terjadi, di mana seorang individu mengalami sakit kepala menahun namun sumber masalahnya belum berhasil ditemukan. Ia sudah berobat ke berbagai dokter hingga ke luar negeri, diberikan bermacam-macam obat namun tak kunjung sembuh. Setelah melalui proses konsultasi ternyata yang bersangkutan diketahui mengidap suatu perasaan kecemasan yang cukup berat.

Hal-hal kecil disekitarnya bisa menguras energi dan menjadi stressor (penyebab stress). Cemas terhadap pandangan atasan terhadap dirinya, cemas mengenai perannya sebagai ayah, perilaku anak-anak di rumah benar-benar menyita energinya sehingga ia tidak ada waktu untuk mengelola energinya secara efektif dan secara kumulatif berdampak buruk bagi kesehatan fisiknya.

Lantas, bagaimana cara mengelola energi secara efektif..?

Berikut adalah tips singkatnya:

1.       Kenali potensi masalah

Identifikasikan masalah yang biasanya muncul dalam keseharian Anda, dengna membuat daftar hal-hal apa yang membuat tensi anda meningkat.  Dengan demikian Anda sudah melakukan langkah awal untuk mengantisipasi masalah jauh sebelum masalah tersebut timbul.

2.      Kenali tindakan reduksi emosi negatif yang dilakukan

Ada individu yang jika cemas menjadi ceroboh dan pelupa. Ia lupa menaruh berkas-berkas yang dibutuhkan, salah mengetikkan kalimat dan hal-hal kecil lain yang justru makin memperparah kondisi kecemasan awal. Ada juga  individu yang menjadi gugup dan tegang, hingga ia tidak tahu harus melakukan apa, badan membeku (freeze) dan pikiran menjadi buntu. Atau ada pula individu yang dalam keadaan cemas, malah melarikan diri dari sumber masalah. Dicari-cari oleh atasan, malah menghilang, ternyata ia sedang merokok di tangga darurat. Setiap orang memiliki keunikan dalam tindakan yang ia persepsikan dapat mengurangi kecemasan. Tapi benarkah hal tersebut efektif?

3.   Kembangkan strategi atasi emosi negatif secara efektif

Ada beberapa cara yang diyakini ampuh untuk reduksi emosi negatif, namun layaknya obat yang cocok-cocokan, strategi perlu dieksplorasi sehingga didapatkan yang sesuai dengan kondisi diri.

Beberapa diantaranya adalah:

a.       Self Talk

Teknik  ini paling sesuai untuk individu yang gemar merangkai kata dan/ atau memiliki teknik verbalisasi yang baik. Saat dihadapkan pada suatu masalah, lakukan pembicaraan berulang pada diri Anda. Sebagai pemula dalam teknik ini bisa dilakukan dengan bersuara (out loud), ulangi kata-kata yang positif misalnya “masalah ini juga akan selesai, saya bisa mengatasinya dengan tenang”. Atau dengan mengulanginya terus menerus dalam hati.

Untuk mendapatkan kalimat yang ampuh, silahkan gunakan daya imajinasi anda untuk memperoleh kalimat yang sesuai dengan diri dan masalah yang anda hadapi. Ulangi secara terus menerus,resapi maknanya hingga rasa tenang melingkupi Anda.

b.      Visualisasi

Teknik pembayangan paling tepat bagi Anda yang memiliki daya khayal yang tinggi dan suka berkutat dengan gambar-gambar/simbol dibandingkan harus mengarang cerita atau merangkai kata. Membayangkan suatu setting/pemandangan yang menyenangkan sedetail-detailnya dan jika memungkinkan libatkan seluruh panca indera.

Rasakan hembusan angin sepoi-sepoi di tengkuk, dinginnya air yang membasuh kaki, hal-hal detail yang membuat Anda serasa berada dalam liburan yang sebenarnya.  Rasakan kesegaran dan energi yang terisi ulang sekembalinya dari liburan singkat tersebut.   

c.       Quieting Reflex (QR)

Teknik yang satu ini merupakan kombinasi dari self talk dengan sedikit imajinasi. Berikut teknik mempraktekkan QR :

-        Pikirkan hal yang membuat takut atau cemas

-        Tersenyumlah. Hal ini akan mengurangi ketegangan pada oto wajah

-        Katakan pada diri “saya bisa tetap tenang di dalam pikiran yang waspada”

-        Tarik napas dengan ringan dan tanpa bersuara

-        Lemaskan rahang ketika membuang nafas; pertahankan bagian atas dan bawah gigi  agaksedikit membuka

-        Bayangkan  suatu rasa hangat  nan berat bergerak di sekujur tubuh dari kepala hingga ujung kaki.

Keenam langkah di atas dapat dilakukan dalam 6 detik dengan latihan secara kontinu.

4.      Hal terpenting adalah selesaikan masalah Anda.

Langkah 3 akan nyata membawa hasil jika Anda melakukan sesuatu untuk mengatasi akar persoalan. Jika hubungan dengan atasan yang membuat Anda cemas, coba diskusikan hal tersebut dengan atasan Anda, dan coba cari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak melalui diskusi-diskusi informal atau meminta waktu khusus untuk berbicara mengenai pekerjaan Anda. 

Yang paling disarankan  adalah K-o-m-u-n-i-k-a-s-i.

Tidak ada cara yang lebih efektif daripada menyelesaikan masalah langsung dengan si pembuat masalah, hadapi dan cari jalan solusinya bersama-sama.  Memang gampang-gampang-susah dan hal ini akan dibahas pada artikel tersendiri.

Untuk memastikan level energi  Anda terkelola dan tersalurkan untuk tujuan yang lebih produktif, salah satu cara memastikannya adalah dengan self monitoring.

Pantau terus level kualitas dan kuantitas kerja Anda, lihat bagaimana grafiknya, mengalami peningkatan atau tidak. Jika grafik justru menurun, tetaplah semangat dan eksplor terus pengelolaan energi Anda.  Just keep the optimism.

0 komentar:

Posting Komentar

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

Profil Facebook Budi Santosa Arief